NEWS & EVENTS ONLINE EXCLUSIVE

Sampai Kuartal 3 2021, Tingkat Hunian Perkantoran, Retail & Kondominium Masih Tertekan

Foto: Shutterstock

Seperti selalu dilakukan secara rutin oleh Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, maka Jakarta Property Market Update kembali dirilis untuk Kuartal 3 2021. Dibuat dalam format media briefing, acara presentasi dan laporan ini menunjukkan gambaran umum, seperti apa kondisi properti di Jakarta saat ini, satu setengah tahun setelah COVID-19 masuk ke tanah air.

Dari sektor perkantoran, Angela Wibawa selaku head of Office Leasing JLL Indonesia juga menekankan bahwa aktivitas di triwulan ini mulai terlihat sedikit mengalami peningkatan, namun harga sewa masih tertekan. Hal ini merupakan strategi perusahaan sebagai bagian dari upaya meminimalkan biaya. “Perusahaan-perusahaan mempertimbangkan ruang perkantoran yang siap-huni (fitted-out space) untuk melakukan relokasi. Selain itu, tren pengurangan luas ruang perkantoran juga masih terjadi,” jelasnya. Secara umum, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A masih tertekan di angka 66%.

Tidak ada gedung perkantoran yang selesai dibangun baik di kawasan CBD maupun di luar CBD pada triwulan ini. “Akan tetapi, tingkat hunian untuk gedung perkantoran di kawasan CBD masih tertekan di angka 72%, sedangkan di kawasan luar CBD berkisar di angka 74%,” ujar Yunus Karim selaku Head of Research JLL Indonesia.

Di sektor ritel, aktivitas di pasar pusat perbelanjaan masih terlihat terbatas di triwulan ini. “Beberapa penyewa baru membuka toko mereka segera setelah pusat perbelanjaan diperbolehkan untuk beroperasi kembali. Aktivitas ini terutama didorong oleh penyewa makanan dan minuman, diikuti oleh peritel peralatan rumah tangga,” tambahnya. Hal ini berdampak pada tingkat hunian pusat perbelanjaan yang relatif stabil, berada di angka 87%, mengingat tidak adanya pasokan baru yang beroperasi di triwulan ini.

Data & Diagram: JLL Indonesia

Penjualan kondominium di Jakarta juga masih menunjukan tren pelemahan yang sama sejak awal pandemic hingga memasuki kuartal ketiga. Melemahnya permintaan disebabkan pembeli yang masih berhati-hati dan melakukan wait-and-see. “Para pengembang juga belum aktif meluncurkan produk baru dan masih berupaya meningkatkan penjualan terhadap proyek eksisting dengan menawarkan kemudahan cara bayar dan berbagai promosi lainnya,” tutupnya.

Beberapa pengembang masih meluncurkan kondominium baru di Bodetabek, khususnya di kawasan Tangerang dan Bekasi dengan total tak kurang dari 3.000 unit. Beberapa proyek merupakan fase selanjutnya dari pengembangan yang telah dimulai. “Proyek yang lokasinya berdekatan dengan kawasan campuran (mixed-use development) dan fasilitas transportasi publik pada umumnya mendapatkan respon yang cukup baik dari pembeli,” ujar Vivin Harsanto selaku Head of Advisory JLL Indonesia.

Data & Diagram: JLL Indonesia

Dari sektor industri dan logistik, kabar lebih baik justru terjadi. Permintaan positif didominasi oleh penyedia jasa logistik yang terus berekspansi dengan menyewa ruang gudang di area Jabodetabek. Selain itu, perusahaan e-commerce, khususnya start-up yang bertumbuh pesat saat ini cenderung mencari ruang gudang yang berlokasi dekat dengan pusat kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya, Semarang, dan Bandung. “Permintaan yang sehat ini membuat tingkat hunian ruang gudang modern di Jabodetabek cukup stabil di angka 93%,” jelas Farazia Basarah selaku Head of Industrial JLL Indonesia.

James Allan selaku Country Head JLL Indonesia juga menambahkan bahwa pandemi ini merupakan periode yang menantang bagi sebagian besar pasar properti Jabodetabek. “Namun demikian, beberapa sektor terbukti tangguh di tengah pandemi, khususnya logistik, pusat data atau data center, dan rumah tapak. Ketiga sektor ini berpotensi untuk terus menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing,” tutupnya. — Construction+ Online