NEWS & EVENTS ONLINE EXCLUSIVE

Dukung Kondisi Tanah Dasar Konstruksi Tol Semarang – Demak, PUPR Uji Kekuatan Bambu

Foto: PUPR

Pengujian untuk mengukur kelayakan bahan bambu sebagai suatu sistem matras guna meningkatkan daya dukung tanah dasar di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang – Demak dilaksanakan oleh Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Perbaikan kondisi tanah (soil improvement) melalui konstruksi matras bambu dilakukan karena konstruksi tanggul laut yang terintegrasi dengan jalan tol ini akan dibangun di atas tanah dengan klasifikasi very soft soil.

Ferri Eka Putra selaku Kepala Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung mengutarakan bahwa pengujian tersebut terdiri dari 2 jenis, yaitu uji tarik sistem matras bambu dan uji lentur sistem matras bambu. Tujuannya untuk mengetahui perilaku dari bambu yang dirangkai menjadi kesatuan sebagai matras jika mengalami gaya tarik dalam arah horisontal serta gaya tekan pada arah tegak lurus.

Pengujian tarik sistem matras bambu dan uji lentur sistem matras bambu baru pertama kali dilakukan dan diharapkan dapat memberikan terobosan dalam solusi perkuatan tanah lunak yang murah dan tepat guna. Dengan mempertimbangkan situasi pandemi COVID-19, kegiatan pengujian dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Foto: PUPR

Pengujian ini dilakukan sebagai bagian dari kegiatan Full Scale Trial Embankment pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak yang merupakan proyek Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, Direktorat Jenderal Bina Marga, dan Kementerian PUPR. Kegiatan ini diprakarsai oleh PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak (PPSD) selaku Badan Usaha Jalan Tol yang nantinya akan mengelola operasional dari Jalan Tol Semarang – Demak dan didukung oleh PT Lapi ITB selaku perencana Rincian Teknik Akhir Jalan Tol Semarang – Demak Seksi 1.

Pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak terintegrasi dengan tanggul laut di mana struktur timbunan di atas laut akan diperkuat oleh matras bambu setebal 17 lapis. Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan juga dengan cara pemasangan material pengalir vertikal pra-fabrikasi atau PVD, serta melaksanakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger atau TSHD. – Construction+ Online