Pembangunan Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara terus dipercepat. Sebagai daerah industri penyangga Kota Kendari, Kabupaten Konawe diperkirakan akan terus berkembang sehingga membutuhkan air baku yang bersumber dari bendungan. Pengerjaan bendungan ini dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Dalam kunjungannya ke Provinsi Sulawesi Tenggara, akhir pekan lalu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menegaskan terkait isu Bendungan Ameroro yang disebut longsor. Menurutnya, progres Bendungan Ameroro masih sesuai target dan akan segera dilakukan pengisian (impounding). “Jadi bukan bendungannya roboh, tetapi itu bekas galian struktur sebelumnya. Nanti pada akhir November, Bendungan Ameroro akan diisi (impounding), supaya pada Desember bisa diresmikan,” jelasnya.
Foto: PUPR
Isu longsornya Bendungan Ameroro tersebut merupakan kesalahan informasi. “Memang itu bukan longsor, tetapi itu galian dinding kiri struktur spillway. Jadi timbunan tanah yang dianggap longsor tersebut digunakan sebagai metode kerja untuk jalan akses alat berat agar dapat melindungi permukaan beton yang telah ada serta sebagai dudukan alat berat,” tambah Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari Kementerian PUPR Agus Safari.
Agus juga membenarkan bahwa Bendungan Ameroro akan segera melaksanakan impounding. Saat ini, progres fisiknya telah mencapai 87,15%. “Bendungan Ameroro diproyeksikan akan meningkatkan pemanfaatan irigasi seluas 3,363 Ha, melayani air baku di Kabupaten Konawe sebesar 511 liter per detik, dan mereduksi banjir hingga 443,34 m3 per detik,” kata Agus.
Memiliki kapasitas tampungan sebesar 98,81 juta m3, Bendungan Ameroro dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas 1,3 MW. Selain itu, Bendungan Ameroro juga menjadi salah satu potensi pariwisata di Kabupaten Konawe karena keindahannya.
Bendungan Ameroro mulai dikerjakan pada Desember 2020 dengan biaya APBN sebesar Rp1,6 triliun. Pembangunannya dilaksanakan dalam 2 paket pekerjaan, yakni Paket I oleh kontraktor PT Wijaya Karya – PT Sumber Cahaya Agung – PT Basuki Rahmanta Putra (KSO) dan Paket II PT Hutama Karya – PT Adhi Karya (KSO). — Construction+ Online
