IN DESIGN

Banyuwangi Sea Turtle Foundation Museum

Terletak di ujung timur Pulau Jawa, Kabupaten Banyuwangi menjadi kawasan bertelur penyu. Selain itu, pantai di Bumi Blambangan ini dilimpahi kekayaan biota laut yang beragam. Dengan potensi kelautan yang sedemikian rupa, keberadaan sebuah museum yang menampilkan kehidupan penyu dan dunia kelautan menjadi sebuah daya tarik tersendiri di daerah ini.

Banyuwangi Sea Turtle Foundation Museum direncanakan didirikan segaris dengan Pantai Boom, sebuah pantai di timur Banyuwangi yang menjadi primadona pelancong dan warga lokal. Sebagai museum penyu pertama di Indonesia, bangunan ini akan menjadi tempat belajar dan konservasi penyu. Layaknya sebuah museum, bangunan ini menampilkan riwayat hidup penyu di habitat asli mereka. Namun, lebih daripada itu, Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) sebagai penggagas museum ini berharap museum ini menjadi tempat belajar, konservasi, sekaligus tujuan wisata.

DESAIN TERBUKA
Pemandangan Pantai Boom yang memesona akan menjadi bagian penting dalam desain museum ini. Oleh karena itu, bangunan ini didesain dengan banyak bukaan dan ruang publik. Hal itu ditujukan guna mencukupi kebutuhan sinar matahari dan sirkulasi udara juga demi kenyamanan lalu lintas pengunjung. Pola sirkulasi linier memudahkan pengunjung menikmati tiap atraksi di museum ini. Ruang terbuka di pusat bangunan difungsikan sebagai area penetasan penyu menjadi pembuka dalam setiap tur pengunjung di museum ini. Dari area itu, pengunjung diajak mengenali tahap pertama dari siklus hidup penyu.

Alur tur dilanjutkan ke wahana Sea’s Fact yang menjadi sebuah arena pembelajaran lebih mendalam mengenai kehidupan penyu. Sebuah auditorium juga dihadirkan sebagai tempat menampilkan kehidupan penyu dalam tampilan media digital. Ruang terbuka pada bangunan ini pun makin lengkap dengan adanya kolam penyu yang akan memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan hewan laut yang sudah mengarungi lautan sejak zaman jura itu.

Desain ruang pamer museum yang serba terbuka juga membawa tantangan tersendiri, terlebih karena lokasi museum ini yang berada tepat di garis Pantai Boom. Udara pesisir yang cenderung panas dan limpahan cahaya matahari menjadi tantangan tersendiri dalam desain ini. Oleh karena itu, tanaman menjadi unsur penting dalam bangunan ini. Selain sebagai elemen yang memperindah bangunan, tanaman juga menjadi kanopi dan peneduh yang dapat mengurangi cahaya matahari yang masuk ke bangunan.

IKON BANGUNAN HIJAU
Menghadirkan sebuah bangunan di tepi pantai dengan potensi korosi air laut bukanlah perkara mudah. Oleh karena itu, pemilihan material bangunan dilakukan dengan cermat. Museum yang dihadirkan sebagai sebuah bangunan hijau ini diharapkan akan menjadi ikon bagi Kota Gandrung. Atas pertimbangan itulah, material kayu dan batu diterapkan pada fasad juga elemen interior. Kedua material tersebut dipilih karena merupakan material lokal yang mudah didapat di sekitar lokasi, juga memperkuat konsep bangunan hijau untuk museum ini. Tampilan arsitektur hijau juga diwujudkan dalam tanaman-tanaman yang menggantung.

Tak hanya itu, konsep bangunan hijau juga diterapkan dalam mengakomodasi peran serta masyarakat sekitar dalam pelestarian penyu. Dalam hal ini, kolam-kolam penyu di area sekitar museum dapat dengan mudah diakses tak hanya oleh wisatawan, tapi juga warga sekitar. Pelibatan masyarakat sekitar amatlah penting mengingat mereka memiliki pengetahuan dalam proses konservasi hingga pelepasan tukik ke laut lepas. Dengan begitu, konsep hijau untuk desain ini tak hanya diterapkan dalam fisik bangunan, tapi juga dalam interaksi dengan komunitas pesisir di sekitar museum.

DATA PROYEK
Nama proyek: Banyuwangi Sea Turtle Foundation Museum
Lokasi: Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
Status: Desain/perencanaan
Area pembangunan: 15 hektare
Luas bangunan: 4.987 m2
Jumlah ruangan: 23 ruangan
Tinggi bangunan: 12 meter
Klien: Banyuwangi Sea Turtle Foundation
Firma arsitek: 1+8 Architect
Arsitek utama: Franklin Oey
Arsitek tambahan: Bryan Michelle, Chris Michael, Ayu Penida & Marten Triyono
Foto/gambar: 1+8 Architect