COMMENTARY ONLINE EXCLUSIVE

Arsitektur Klasik: Yunani & Romawi

Arsitektur Klasik asal Yunani dan Romawi memiliki ciri yang mirip | Foto: Shutterstock

Oleh Rosalin Citra Utami

Arsitektur klasik merujuk kepada masa-masa awal perkembangan aliran sejarah dan budaya dari bangsa Yunani dan Romawi. Mulanya, arsitektur klasik terbangun pada abad ke-5 SM di Yunani dan sekitar abad ke-3 M di Roma, bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal.

Kata klasik sendiri digunakan untuk menunjukkan nilai-nilai keabadian yang dimiliki di periode ini, serta keunggulan mutu dan nilainya. Karya-karya arsitektur klasik terpusat pada seni pahat yang berbentuk kolosal yang memainkan fungsi sebgai visualisasi dari agama, kitab suci, serta kepercayaan lainnya. Tidak hanya itu, seni pahat juga kerap kali berperan sebagai sarana ritual keagamaan. Kedua gaya arsitektur ini memiliki ciri yang mirip, yaitu berupa aspek simetri, kolom, penggunaan jendela persegi panjang, serta penggunaan material batu dan marmer.

ARSITEKTUR KLASIK YUNANI
Secara umum, perkembangan peradaban Yunani berlangsung dengan cukup pesat. Masyarakatnya sudah lama mengenal tulisan, serta mulai mengembangkan rasio manusia. Kondisi wilayah Yunani yang memiliki tipologi berbukit memisahkannya menjadi beberapa suku. Seiring berjalannya waktu, keberasaan suku-suku ini semakin terorganisir hingga terbentuklah polis (negara kota) yang menjalankan pemerintahannya dengan cara demokrasi. Beberapa di antaranya adalah Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olympia, Sparta, dan berbagai polis lainnya. Tipologi berbukit ini juga sekaligus menjadikan Yunani memiliki kekayaan bebatuan yang sangat banyak sehingga pada pembangunan karya-karya arsitekturnya pun banyak menggunakan batu sebagai material utama.

Awal mula arsitektur Yunani sendiri adalah Megaron, yang merupakan sebuah bangunan tinggal vernakular bangsa Yunani yang terbangun dari bahan dasar kayu. Bentuk Megaron identik dengan rasionaisme keindahan yang diterapkan dalam desainnya. Bangunan inilah yang kemudian menjadi tolak ukur dalam perancangan dan pembangunan bangunan lainnya di Yunani, seperti tempat pemerintahan, tempat peribadahan, dan lainnya. Seperti halnya yang terjadi pada Parthenon, kuil paganisme Yunani yang kemudian menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan awet digunakan hingga saat ini.

Selain Parthenon yang merupakan bangunan peribadatan, terdapat juga jenis-jenis bangunan Yunani lainnya dnegan fungsi yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah Agora, ruang publik berupa selasar tempat interaksi masyarakat yang terletak di jalanan, Bouleterion (balai dewan), Gymnasium (sekolah), Pastanium (kantor walikota), Stadion, dan Theatre.

Kendati serupa, namun Arsitektur Klasik Yunani dan Romai memiliki penerapan yang berbeda | Foto: Stutterctock

STRUKTUR ARSITEKTUR KLASIK YUNANI
Dari segi struktur, mayoritas bangunan di Yunani menerapkan prinsip post lintel. Prinsip ini merupakan salah satu penemuan struktural pertama, berupa dua kolom yang dapat mendukung unsur horisontal (balok) dan vertikal (kolom). Sroa (kolom) adalah elemen arsitektural yang ditonjolkan secara estetis. Seiring perkembangannya, beberapa polis kemudian memiliki ciri khas kolomnya masing-masing. Seperti kolom doric dari Polis Doria, kolom ionic dari Polis Ionia, dan kolom corinthian dari Polis Corintia. Kolom-kolom ini dibangun menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang terlah sangat berkembang, yang kemudian dibakukan dalam sebuah aturan desain berupa golden section dan Greek order.

KOLOM-KOLOM ISTIMEWA
Penggunaan kolom-kolom yang ditonjolkan sebagai aksen estetika pada bangunan-bangunan Yunani tidak lepas dari keberadaan tiga jenis kolom utama berikut. Masing-masing berasal dari polis yang berbeda sehingga memiliki perbedaan gaya dan bentuk pula.

Order Doric
Dikembangkan oleh Suku Bangsa Doria dengan bentuk sederhana dan terkesan kokoh. Ciri-ciri yang dimiliki Kolom Doric, antara lain: berupa kolom bulat berisi, berdiri tanpa base, serta kapitel yang dibuat tanpa ornamen. Peninggalan bangunan Yunani yang menggunakan Kolom Doric adalah Kuil Parthenon yang berlokasi di Akropolis, Athena.

Order Ionic
Jenis kolom ini dikembangkan oleh Suku Bangsa Ionia. Memiliki bentuk yang lebih rumit jika dibandingkan dengan Kolom Doric, terutama pada bagian atas kolom yang terkesan lebih anggun. Beberapa ciri utama dari Kolom Ionic yaitu bentuk kolomnya yang bulat ramping, dilengkapi base pada bagian bawah kolom, serta kapitel yang dipenuhi ornamen dengan motif hiasan berupa flora dan fauna. Kolom Ionic sendiri dapat dijumpai pada Kuil Erechtheion, di Akropolis, Athena.

Order Corinthian
Kolom ini berasal dan dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin yang kemudian dimatangkan bentuknya oleh orang-orang Romawi. Kolom ini memiliki bentuk yang paling rumit, detail, dan paling indah jika dibandingkan dengan dua kolom sebelumnya, terutama pada bagian atas kolom. Meski demikian, kolom ini tetap terlihat elegan dengan ciri-ciri bulat ramping, dengan base pada bagian bawah kolom. Bagian kapitel dari kolom ini dipenuhi ornamen, yang umumnya berupa motif flora berupa daun Achantus.

Arsitektur Klasik Yunani memiliki ciri khas kolom yang terdiri dari Doric, Ionic & Corinthian | | Foto: Stutterctock

ARSITEKTUR KLASIK ROMAWI
Pada sekitar tahun 338 SM, wilayah Polis Corinthos ditaklukkan oleh Raja Philippos dari Makedonia. Selain Corinthos, ia juga menaklukkan banyak kota lainnya di Yunani. Sejak terjadinya penaklukan tersebut, wilayah Corinthos tidak lagi sekuat sebelumnya. Namun demikian, wilayah ini tetap berperan menjadi pelabuhan penting pada periode Hellenitik.

Ketika wilayah Corinthos ditaklukkan oleh bangsa Romawi, wilayah ini dibumihanguskan sepenuhnya. Hal ini turut menghancurkan karya-karya arsitektur Yunani yang bergaya klasik. Seratus tahun setelah kejadian penghancuran tersebut, Julius Caesar mulai membangun kembali Corinthos sebagai Kota Romawi. Pembangunan inilah yang perlahan menghadirkan gaya arsitektur klasik Romawi. Bangsa Romawi sendiri banyak mengadaptasi nilai-nilai Yunani, baik itu pada sistem pemerintahan, kepercayaan hingga arsitekturnya.

Arsitektur klasik Romawi sejatinya merupakan perkembangan dari arsitektur klasik Yunani dan beberapa gaya arsitektur lain yang lokasinya berdekatan, seperti arsitektur Mesopotamia. Dari kombinasi-kombinasi inilah terlahir tipologi denah dan teknologi yang baru dalam arsitektur Romawi. Beberapa di antaranya seperti basilica (pengembangan parthenon), pantheon (parthenon dengan tipologi denah berbentuk lingkaran), benteng, aquaduct, kuburan, stadion, teater, sekolah, hypocaust, dan lain sebagainya.

PERBEDAAN ARSITEKTUR YUNANI DAN ROMAWI
Meskipun arsitektur Romawi mengadaptasi banyak prinsip-prinsip yang dimiliki arsitektur Yunani, tetapi dalam penerapannya tetap ada perbedaan. Seperti yang terjadi pada gaya kolom timbul yang ada di arsitektur Romawi serta beberapa aspek arsitektural lainnya. Gaya ini menggunakan Roman order yang dikembangkan dari Greek order milik Yunani, penerapan tipologi baru parthenon (modifikasi bentuk lingkaran pada partheon) dan pergamon (partheon dengan lantai dasar yang lebih tinggi).

Beberapa inovasi teknik konstruksi baru seperti arch (lengkungan), vault (kolong ruang), dome (kubah) juga mulai diterapkan, yang merupakan hasil adaptasi dari arsitektur Mesopotamia. Material baru kala itu, seperti batu bata, juga menjadi pembeda antara arsitektur Romawi dengan arsitektur Yunani.

Secara estetika, gaya arsitektur Romawi juga lebih menekankan fungsi, metode konstruksi, dan kesan agung dari bangunan. Sementara itu, arsitektur Yunani lebih menekankan nilai estetika, dibuktikan dengan ukiran-ukiran flora dan fauna serta bentuk kolom yang beragam. — Construction+ Online