NEWS & EVENTS

Rangkaian JAT, IAI Jakarta Award Dan Suksesi IAI Jakarta 2018-2021

Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta kembali menyelenggarakan Jakarta Architecture Triennale (JAT), yaitu sebuah rangkaian acara dalam konteks arsitektur yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali. Perhelatan kali ini merupakan acara JAT keempat yang diselenggarakan oleh IAI Jakarta yang telah dimulai sejak bulan Februari 2018 dengan mengambil tema “Involution+Confluidity”. Tema ini terkait dengan berbagai pertanyaan mengenai bagaimana sebuah tatanan urban dalam menghadapi pertumbuhan yang pesat dihadapkan pada keterbatasan lahan dan wilayah laut sebagai pilihan untuk dikembangkan.

Acara TALK 2018 sebagai salah satu rangkaian JAT 2018 menghadirkan praktisi dan akademisi arsitektur, serta para ahli untuk memberikan pendapat, pengalaman, serta penelitian yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Acara ini berlangsung selama dua hari pada tanggal 12-13 Desember 2018.

Di hari pertama penyelenggaraan TALK 2018 hadir lima pembicara, yakni Budi Pradono dari Budi Pradono Architects yang memaparkan studi historis kota-kota lama di Belanda dan bagaimana menyikapi masalah urban terhadap permasalahan air dan keterbatasan lahan; Andrea Aragorne dan Frederico Gobato dari firma Latitude Italia membagikan pengalaman mereka dalam mendesain hunian-hunian urban di tepi laut, sungai maupun danau; serta Wataru Kurihara (International Director of Architectural Design) dari Shimizu (perusahaan konstruksi tingkat dunia) memaparkan sebuah konsep tentang Green Island, yaitu sebuah pulau buatan yang futuristis.

Pada kesempatan yang sama, Yulianto Prihatmaji selaku akademisi sekaligus peneliti dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta memaparkan tentang tipologi teknologi yang digunakan pada hunian-hunian di atas air di Indonesia. Pembicara yang lain, yaitu Wijanarka selaku akademisi dan peneliti dari Universitas Palangka Raya Kalimantan Tengah menjelaskan mengenai hunian-hunian di atas air yang muncul secara organik di Kalimantan yang dikenal luas dengan sungai-sungai dan badan air yang luas.

Narasumber TALK 2018 hari kedua melanjutkan pemikiran para narasumber hari pertama dengan pertanyaan “Apa yang dapat dilakukan para pemangku kepentingan tentang hunian di atas air sebagai jawaban atas tantangan urban?” Pemaparan pertama datang dari Jan Koen, praktisi dari biro Waterstudio NL Belanda yang telah banyak mendesain hunian modern di atas air dan memanfaatkan banyak aspek dari air. Joe Quirk selaku principal dari Seasteading, lembaga penelitian yang mendedikasikan studi mereka bagi kehidupan sosial di atas sebuah water settlement, memaparkan tentang hunian di atas air yang memberi sebuah kebebasan baru dan dinamika masyarakat yang berbeda dengan masyarakat yang hidup di darat.

Turut hadir perwakilan dari Real Estate Indonesia (REI) yang mempresentasikan posisi dan sikap mereka atas probabilita dan peluang yang ada dalam wacana water settlement. Anggota REI sebagai developer harus mengedepankan added value dan untung rugi secara ekonomi.

Seminar TALK 2018 ini mendapat dukungan dari Samisara Ballroom dan Manajemen Sopo Del Tower dengan harapan dapat menjadi sebuah diskusi yang perlu diperhatikan oleh para arsitek dan pemangku kepentingan terhadap pertumbuhan urban.

IAI JAKARTA AWARD 2018
Tanggal 14 Desember 2018, IAI Jakarta menyelenggarakan acara Malam Penghargaan IAI Jakarta 2018 di Sopo Del Tower, Jakarta. Penghargaan ini bertujuan untuk memberikan inspirasi dan apresiasi bagi arsitek dalam membentuk lingkungan hidup yang lebih baik melalui karyanya. Di sisi lain, karya tersebut harus fokus pada solusi berkelanjutan yang menjawab tantangan masa kini dan masa depan kota Jakarta.

Pada kesempatan ini, penghargaan yang diberikan oleh IAI Jakarta tahun 2018 dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori Anugerah dan kategori Apresiasi. Pada kategori Anugerah terdapat tujuh kategori penghargaan, yaitu: Bangunan Hunian, Bangunan Usaha/Komersial, Bangunan Publik/Sosial Budaya, Bangunan Konservasi, Intervensi Perkotaan, Bangunan Fasilitas Khusus, dan Tokoh Arsitektur.

Kategori Bangunan Hunian diikuti oleh Adi Purnomo dengan karya “Woodification”, Ary Indrajanto dengan karya “Rumah Mas Bobby”, Ir. Gindo Yamestian dengan karya “Rumah Kayu Putih”, dan Rudi Kelana dengan karya “The Upstairs House”. Penghargaan pada kategori ini diberikan kepada karya “Woodification”.

Kategori Bangunan Usaha/Komersial diikuti oleh Gerard Tambunan dengan karya “Dee Studio GETS”, Budiman Hendropurnomo, IAI, FRAIA dengan karya “Harmonie Exchange”, Budiman Hendropurnomo, IAI, FRAIA dengan karya “Menara Kompas”, Irianto Purnomo Hadi dengan karya “Better Chocolate Than Never”, dan Wilis Kusuma dengan karya “Work-Eat-Live”. Penghargaan pada kategori ini diberikan kepada dua orang, yaitu Wilis Kusuma untuk skala kecil dan Budiman Hendropurnomo, IAI, FRAIA dengan karya “Menara Kompas” untuk skala besar.

Kategori Bangunan Publik/Sosial Budaya diikuti oleh Ir. H. Achmad Noerzaman, MM, IAI dengan karya “GOR Jaya Raya” dan Budi Sumaatmadja (Anggara Architeam) dengan karya “Gedung Fasos Bank Indonesia”. Pada kategori ini penghargaan diberikan kepada karya “Gedung Fasos Bank Indonesia”.

Kategori Intervensi Perkotaan diikuti oleh Ir. H. Achmad Noerzaman, MM, IAI dengan karya “RPTRA” dan Muhammad Fared Masdoeki, IAI dengan karya “RPTRA Pemprov DKI APBD 2016”. Pada kategori ini penghargaan diberikan kepada karya “RPTRA”. Kategori Tokoh Arsitektur diberikan kepada Dr. Ir. Bianpoen atas dedikasinya kepada dunia arsitek di Indonesia. Pada kategori Bangunan Konservasi dan Bangunan Fasilitas Khusus, tidak ada yang menerima penghargaan.

Sementara pada kategori Apresiasi, IAI Jakarta memberi apresiasi kepada pihak-pihak yang telah membantu serta mendukung kemajuan dunia arsitektur, baik sebagai mitra atau klien atau bagian dari arsitek itu sendiri. Kategori yang menjadi perhatian para juri adalah kategori penulisan, pemikiran dan pameran arsitektur, kategori jasa dan mitra, program dan media, 35/35, dan tokoh arsitektur yang layak mendapatkan penghargaan IAI Jakarta Awards 2018.

Kategori Penulisan dan Pemikiran Arsitektur kali ini diberikan kepada Setiadi Sopandi dan Avianti Armand dalam buku berjudul “F. Silaban” dan Adi Purnomo dalam buku berjudul “Kayu Material Masa Lalu Atau Masa Depan”. Kategori Pameran Arsitektur diberikan kepada Setiadi Sopandi dan Avianti Armand dalam pameran bertajuk “F. Silaban”.

SUKSESI IAI JAKARTA 2018-2021
Pergantian ketua antar waktu dalam sebuah organisasi sudah menjadi hal yang lumrah. Steve J. Mahampi yang sudah dua kali menjabat sebagai Ketua IAI Jakarta harus mengakhiri masa jabatannya di tahun 2018. Seleksi pemilihan calon Ketua IAI pun berlangsung melalui dua tahapan yang pada akhirnya mencuatkan tiga nama kandidat kuat untuk maju sebagai bakal calon Ketua IAI Jakarta, yakni Dorri Herlambang, Inne Sri B. Rifayantina dan M. Deni Desvianto.

Jadwal kampanye dan e-voting bakal calon Ketua IAI Jakarta untuk pemilihan tahap kedua dilaksanakan antara 12-15 Desember 2018. E-voting dilakukan oleh para anggota IAI melalui website IAI Jakarta dan ditutup pada 15 Desember 2018. Hasilnya adalah Dorri meraih 85 suara, Inne meraih 42 suara, dan Deni meraih 166 suara. Berdasarkan suara terbanyak tersebut, M. Deni Desvianto ditetapkan sebagai Ketua IAI Jakarta 2018-2021 yang kemudian dilantik oleh Ahmad Djuhara, IAI selaku Ketua IAI Nasional di Ballroom Samisara Sopo Del Tower, Jakarta.