PROJECTS

Pedestrian Improvements

Berbicara mengenai ruang publik di perkotaan, itu artinya kita berbicara tentang aksesibilitas di mana semua elemen terhubung membentuk sebuah jaringan. Salah satu elemen yang paling fundamental ialah trotoar yang menghubungkan pejalan kaki dengan bangunan, seperti sekolah, bank, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hingga fasilitas transportasi publik

RUANG FISIK
Jika ditelusuri lebih jauh, trotoar sendiri memiliki delapan buah sub-elemen ruang fisik (physical spaces) yang terdiri dari lampu jalan berskala pedestrian (pedestrian scale lighting), pemandangan trotoar yang aktif (active streetscape), perabotan trotoar (furniture), infrastruktur hijau (green infrastructure), penunjuk jalan (wayfinding), jenis permukaan trotoar (surface type), aksesibilitas untuk semua (accessibility for all), dan fasilitas pesepeda (bicycle facilites).

Ruang fisik menentukan dan membentuk kenyamanan berjalan di dalam kota. Keberadaannya sangat ditentukan oleh kebijakan publik (policies). Di level perkotaan, pengambil kebijakan publik berada di tangan Dinas Bina Marga. Pada tahun 2015, Dinas Bina Marga DKI Jakarta mulai melakukan program revitaliasi trotoar. Prioritasnya ialah kawasan jalan protokol, ruas-ruas yang dilalui (atau direncanakan) semua moda transportasi massal, serta kawasan strategis bisnis-perdagangan dan bersejarah.

TROTOAR DI JAKARTA
Dari total panjang jalan di Jakarta yang mencapai 7.000 kilometer, 2.600 kilometer direncanakan memiliki trotoar ramah pejalan kaki. Setiap tahunnya target trotoar yang direvitaliasi mengalami peningkatan. Di tahun 2017, Bina Marga DKI Jakarta menyelesaikan 80 kilometer dengan anggaran 412 milyar rupiah. Di tahun 2018, targetnya dinaikkan menjadi 100 kilometer. Target tersebut dibagi secara proporsional antara Dinas Bina Marga DKI Jakarta dengan Suku Dinas Bina Marga di lima kota administratif.

Urban+ sebagai konsultan perencana yang menangani proyek ini bekerja sama dengan Holcim sebagai pelaksana mengerjakan tiga ruas trotoar, yakni Jalan Mahakam, Jalan Barito, dan Jalan Kyai Maja (Jakarta Selatan); Jalan Kyai Tapa (Jakarta Barat); Kawasan Istiqlal dan Jalan Veteran (Jakarta Pusat) dengan total panjang mencapai 12.000 m. Urban+ melakukan pendekatan holistik dalam mendesain trotoar ini, mulai dari tahap desain, koordinasi pra-konstruksi, tahap supervisi hingga tahap pasca-konstruksi dengan target mendapatkan hasil akhir trotoar yang optimal.

TAHAP DESAIN
Di tahap desain, hal pertama yang dilakukan ialah mencari kerangka dan arah pandang yang tepat terhadap proyek ini. Hal tersebut kesempatan berharga bagi perancang kota untuk tidak sekadar mendesain saja, tetapi memberikan nilai tambah, menaikkan standar yang sudah ada, dan memberikan edukasi bagi pejalan kaki di kota Jakarta. Selanjutnya, bekerja sama dengan Divisi Bidang Jalan Dinas Bina Marga mengatur ulang konsistensi lajur kendaraan. Jarak standar as ke as untuk kendaran umum 3,25 m dan jalur busway 3,5 meter dan terakhir memasukkan logika desain trotoar yang baik dan sensor ukuran lebar trotoar, jarak bangku, titik lampu, lajur tanaman yang nyaman.

TAHAP PRA-KONSTRUKSI
Di tahap koordinasi pra-konstruksi, Urban+ bekerja sama dengan vendor-vendor terkait untuk menentukan jenis warna trotoar yang tepat. Di tahap ini ditentukan seberapa terang atau gelapnya warna dan jenis corak stamp yang tepat untuk setiap segmen trotoar, seperti untuk kawasan perkantoran, kampus atau bangunan bersejarah yang masing-masing memiliki karakter berbeda. Setelah dibuatkan contoh (mock-up) minimal tiga kali, Urban+ juga berkoordinasi dengan vendor bangku untuk menempatkan titik-titik bangku agar tepat guna dan selaras dengan desain.

TAHAP SUPERVISI
Di tahap supervisi pada saat konstruksi dimulai, Urban+ melakukan supervisi progres dan kualitas pekerjaan di lapangan. Rapat mingguan dengan pihak sponsor di lapangan dan tinjauan lapangan menjadi media diskusi. Tidak jarang desain di atas kertas harus mengalami penyesuaian, karena kondisi di lapangan dan teknis pengerjaan. Urban+ juga dilibatkan dalam rapat mingguan internal dengan tim pengendali dari Bina Marga dan konsultan pengawas untuk memberikan arahan jika diperlukan penyesuaian desain. Skema ini sebagai bentuk inovasi, karena sebelumnya tugas dari konsultan perencana selesai pada saat pekerjaan ditentukan pemenang melalui proses pengadaan pekerjaan.

TAHAP PASCA-KONSTRUKSI
Di tahap pasca-konstruksi, Urban+ melakukan review berkala ke lapangan untuk melihat kerangka desain yang diterapkan bekerja dengan baik atau tidak. Bagaimana respon dan masukan dari pejalan kaki setelah berjalan di trotoar baru menjadi pertimbangan penting untuk desain berikutnya. Semuanya menjadi tolok ukur buat Dinas Bina Marga, Holcim dan Urban+.


JAKARTA PUSAT
Pada trotoar di kawasan Istiqlal dan Jalan Veteran, Urban+ bekerja sama dengan Nusae, sebuah firma desain grafis dari Bandung untuk mendesain penunjuk jalan berupa wayfinding dan pictogram. Mereka menghadirkan dua jenis penunjuk jalan: penunjuk jalan vertikal (vertical wayfinding) yang memberikan informasi titik lokasi bersejarah, tempat makan, dan hotel dalam radius 400 meter, serta penunjuk jalan horisontal (horizontal wayfinding) menuju titik pusat bangunan bersejarah di kawasan Istiqlal.

Pictogram di atas trotoar menunjukkan jarak tempuh 50 meter dan 100 meter menuju halte busway, tanda pengenal jalur sepeda, dan titik tempat berfoto (photospot) bangunan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Elemen-elemen tersebut hampir tidak ditemukan di trotoar kota kota Indonesia.

DATA PROYEK
Nama Proyek: Trotoar Kawasan Istiqlal & Jalan Veteran
Lokasi: Jakarta Pusat
Perencanaan Desain: 2017
Luas Area Perencanaan: 15.000 meter persegi
Klien: Holcim Indonesia
Pemberi Pekerjaan: Dinas Bina Marga DKI Jakarta
Konsultan Perencanaan: Urban+
Principal Designer: Sibarani Sofian
Direktur Proyek: Ardzuna Sinaga
Desainer: Aris Nuryahya Ilham, Wagiono Bustami, Fiona Gracia, Daniel Caesar Pratama & Billy Gerrardus
Kolaborator: Nusae
Foto/Gambar: Holcim & Urban+


JAKARTA BARAT
Desain pola berbentuk lingkaran dengan aksen warna merah di titik landas jembatan penyebarangan orang (JPO) diterapkan di Jalan Kyai Tapa. Jalur khusus sepeda didesain di iringi buffer tanaman pada kedua sisi di trotoar di kawasan Istiqlal agar memberikan rasa aman bagi pengguna sepeda, selain juga dipakai untuk menyaring partikel debu di udara. Jalur difabel di semua segmen jalan didesain dengan teliti pada saat bertemu dengan zebra cross dan halte.

Di trotoar Jalan Kyai Tapa, Urban+ mendesain plaza di area Tugu 12 Mei. Keberadaan tugu ini diperkuat dengan desain pola dan warna merah yang dilengkapi dengan bangku-bangku beton yang ergonomis. Tempat ini sendiri dicanangkan menjadi ruang publik bagi mahasiswa kampus sekitar dan warga kota. Urban+ ingin memberikan hasil nyata bahwa trotoar yang ideal itu tidak hanya merupakan perkerasan trotoar, tetapi ada tanaman, bangku, titik lampu, penunjuk jalan dan jalur difabel. Trotoar punya kesempatan akan hadirnya ragam aktivitas sebagai bagian dari jangka panjangnya dalam membangun kembali budaya berjalan di kota.

DATA PROYEK
Nama Proyek: Trotoar Jalan Kyai Tapa
Lokasi: Jakarta Barat
Perencanaan Desain: 2017
Luas Area Perencanaan: 10.532 meter persegi
Klien: Holcim Indonesia
Pemberi Pekerjaan: Dinas Bina Marga DKI Jakarta
Konsultan Perencanaan: Urban+
Principal Designer: Sibarani Sofian
Direktur Proyek: Ardzuna Sinaga
Desainer: Aris Nuryahya Ilham, Wagiono Bustami & Fiona Gracia
Foto/Gambar: Holcim & Urban+


JAKARTA SELATAN
Urban+ mendesain sekaligus mengenalkan standar baru di ketiga ruas trotoar di Jalan Mahakam, Jalan Barito, dan Jalan Kyai Maja, yang berkarakter sesuai konteks terhadap tapak. Desain trotoar di akses jalan yang biasanya dilalui kendaraan dan memisahkan trotoar (inrit) diberi warna merah agar pejalan kaki mendapat perhatian awal, karena akan bersinggungan dengan lajur kendaraan. Speed bump diterapkan pada trotoar di area bunderan sebagai penghubung antar trotoar. Tujuannya untuk meningkatkan aksesibilitas pejalan kaki hingga lintas parsel.

Pada kenyatannya, tidak semua ide atau gagasan desain bisa diakomodir dan diterapkan sepenuhnya, karena terdapat batasan anggaran dan teknis konstruksi. Namun, lansekap trotoar di kota Jakarta sedang berubah menuju ke arah yang lebih baik, sekaligus memberikan sinyal positif berbentuk harapan. Sebagai warga kota yang baik, idealnya kita memberikan kesempatan kepada masing-masing untuk berinteraksi dengan trotoar dan elemen di dalamnya.

DATA PROYEK
Nama Proyek : Trotoar Jalan Mahakam, Jalan Barito & Jalan Kyai Maja
Lokasi : Jakarta Selatan
Perencanaan Desain: 2016
Luas Area Perencanaan: 10.000 meter persegi
Klien: Holcim Indonesia
Pemberi Pekerjaan: Dinas Bina Marga DKI Jakarta
Konsultan Perencanaan: Urban+
Principal Designer: Sibarani Sofian
Direktur Proyek: Ardzuna Sinaga
Desainer: Aris Nuryahya Ilham, Daniel Caesar Pratama & Sinta Isfandiary Ainsyah
Foto/Gambar: Holcim & Urban+