IN DESIGN

Churchub Of Fellowship

Menjadi sesuatu yang lazim ketika banyak bangunan peribadatan yang menjadi ikon dari sebuah kota maupun negara. Tidak hanya menjadi sekadar tempat untuk beribadat, terkadang bangunan tersebut didesain sedemikian rupa agar dapat meninggalkan kesan yang menakjubkan. Sama halnya dengan desain bangunan ChurcHUB of Fellowship di Mrican, Yogyakarta yang didesain oleh Alvian Imantaka Design (AID).

Lokasi bangunan gereja ini berada pada kawasan sub-urban yang dikelilingi lingkungan akademik, residensial, dan komersial. Posisi tapak yang berada pada pertigaan jalan menjadi tantangan tersendiri bagi AID. Berdasarkan temuan activity nodes di lingkungan sekitar yang beragam menjadi landasan utama dalam merumuskan konsep perancangan pada bangunan ini.

SACRED AND HAVING FUN
Sebagai sebuah gereja, AID menerjemahkan kegiatan beribadat tidak hanya untuk mewadahi rutinitas ritual saja. Bangunan ini dirancang secara spatial sebagai ruang untuk berkontemplasi secara komunal. Seperti halnya spirit kontemplasi yang secara konseptual diterjemahkan AID sebagai “30% sacred, 60% having fun”.

Kesan formalitas sengaja direduksi seminimum mungkin pada penataan ruang dalam untuk menghilangkan batasan-batasan yang bersifat kaku sehingga mampu memaksimalkan interaksi antar pengguna. Pada ground level hingga top floor disediakan pocket space yang memiliki fungsi sebagai sirkulasi, namun juga dapat menjadi tempat untuk berbincang santai.Inilah nilai otentik dari gereja ini dimana skala ruang yang dirancang secara akrab untuk memacu spirit fellowship pada komunitas (jemaat).

MENJADI CREATIVE HUB
Dalam penataan ruang dalam, ruang-ruang serta sirkulasinya dirancang secara playful untuk mengedepankan interaksi komunal. Tidak hanya aktivitas ibadat secara normatif saja yang dikedepankan, melainkan juga pengembangan diri serta persaudaraan yang diharapkan mampu terwadahi dalam gereja ini. Hal tersebut menjadi acuan bagi AID untuk merancang sebuah gereja, sekaligus creative hub bagi komunitas di dalamnya.

Namun, hal tersebut juga menjadi tantangan untuk memadukan standar convention hall di dalam sebuah gereja yang harus mampu menampung user dalam jumlah banyak sekaligus mempertahankan kesan akrab dan hangat di dalamnya. AID  merespon tantangan tersebut ke dalam rancangan dengan membagi konstruksi bangunan menjadi dua blok secara skematik. Ruang-ruang dengan skala publik dan monumental ditempatkan pada front block dari tapak dengan penataan jumlah lantai yang lebih sedikit dan jarak floor-to-floor yang lebih tinggi untuk menjaga ambience sebuah hall. Sebaliknya, ruang-ruang lain dengan skala yang akrab ditempatkan pada back block dari tapak dengan jumlah lantai yang lebih banyak dan jarak floor-to-floor yang lebih rendah. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya level mezzanine pada lantai 4 yang secara konstruksional penjadi penghubung bagi kedua blok tersebut sehingga activity nodes pengguna yang lebih sporadic secara kuantitas dan akrab secara kualitas pada back block mampu terakomodasi.

CURVATURE
Seperti halnya kontemplasi, aspek resiliency diwujudkan melalui gubahan massa bangunan, serta pengolahan fasad yang didominasi warna putih dengan geometri yang halus dan sederhana. Curvature pada fasad menghubungkan muka bangunan dan penutup atap di atasnya. Kejujuran dalam proses adaptasi pada transformasi massa ini yang dikedepankan oleh AID. Gubahan massa tersebut mampu dilihat secara tersirat sebagai gambaran dari wings of dove pada kedua sisi bangunan, hal inilah yang sekaligus menjelaskan entitas sebagai sebuah gereja Kristen secara sederhana tanpa mendominasi nilai dari entitas lain pada lingkungan setempat.

Massa bangunan merupakan hasil adaptasi dari tapak yang ada. Kondisi tapak yang memanjang dengan muka yang lebih pendek menyebabkan penataan orientasi bangunannya harus efisien. Massa tunggal dengan vertical extension mampu memberi sirkulasi yang lebih lega untuk akses dan parkir kendaraan yang bersamaan dengan mobilitas pedestrian. Single centered mass juga dirancang untuk menegaskan monumentalitas dari sebuah rumah ibadat.

Terkait dengan posisi hook pada pertigaan jalan, AID memberikan setback pada muka bangunan selebar 9 meter dari muka jalan sehingga sirkulasi keluar masuk kendaraan dari gereja tidak akan membebani jalan sekitarnya. Pedestrian entrance pada muka bangunan juga mampu menegaskan spirit transcendence yang merupakan wujud sacred value sebagai bangunan ibadat.

DATA PROYEK
Nama Proyek: ChurcHUB of Fellowship
Lokasi: Mrican, Sleman, Yogyakarta
Selesai: 2021
Luas Area Tapak: 1.646 meter persegi
Luas Bangunan: 4.187,12 meter persegi
Klien/Pemilik: Eddy Susanto (Grha Karya Jody)
Konsultan Desain: Alvian Imantaka Design (AID)
Principal Architect: Alvian Imantaka
Konsultan Desain Interior: Alvian Imantaka Design (AID)
Foto/Gambar: Alvian Imantaka Design (AID)