IN DESIGN

Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati

Bandara Husein Sastranegara yang terletak di tengah kota Bandung menjadi salah satu dari sedikit bandara internasional di ibukota provinsi yang masih berada di pusat kota. Kondisi penerbangan sipil di bandara itu juga penuh keterbatasan, karena adanya penggunaan bersama militer dan industri PT Dirgantara Indonesia. Selain itu yang paling terasa adalah kondisi bandara yang berada di dalam kota mengakibatkan terjadinya obstacle limitation terhadap pengembangan fasilitas sisi udaranya. Pengembangannya tidak lagi memenuhi syarat keselamatan penerbangan kendati bertitel sebagai bandara internasional.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, dibangunlah Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang terletak di Kalijati setelah melalui pengkajian yang mendalam dan memakan waktu yang cukup lama. Selain akan menggantikan peran Bandara Husein Sastranegara yang dipenuhi banyak keterbatasannya, terutama masalah keselamatan, bandara baru yang siap dioperasikan akhir tahun 2017 ini diharapkan menjadi antisipasi atas kejenuhan pelayanan jasa angkutan udara di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta.

KONSEP TARI MERAK
Lokasi Kertajati merupakan lokasi yang strategis, karena berada di koridor perekonomian Jawa Barat yang terdiri dari Metropolitan Bandung, Metropolitan Cirebon, dan Bodebekkarpur. Selain itu, BIJB ini berdekatan dengan Industri Cikarang, Kawasan Industri Karawang, dan sekitarnya. Perencanaan bandara, bisnis, dan tata kotanya berpadu dan didukung oleh keberadaan Jalan Tol Cipali & Cisumdawu, jalur kereta api, dan akses ke pelabuhan.

Didesain secara bersinergi antara PT Penta Rekayasa dengan Arkonin, bandara ini mengusung desain yang menggunakan elemen-elemen estetis yang mengadopsi kearifan budaya lokal Jawa Barat, yaitu Tari Merak. Tarian ini merupakan tarian selamat datang yang biasanya dilakukan untuk menyambut tamu agung yang masuk ke wilayah Jawa Barat. Implementasinya terlihat pada fasad dan bentuk atapnya yang berbentuk mengalir, serta di beberapa elemen utama dan pendukung di dalam bandara, terutama pada gedung terminal utama penumpang dan menara air traffic control yang sangat unik dan menjadi focal point pada proyek yang mengedepankan konsep Green Airport ini.

MENGATASI SEDERET TANTANGAN
Tantangan yang harus dihadapi oleh PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB) dan tentunya para desainer, serta pihak-pihak terkait, sangatlah kompleks. Dari sisi pendanaan, berdasarkan master plan yang tertuang dalam KP 954 tahun 2014, pembangunan BIJB dibagi menjadi 4 tahap. Tahap awal diperkirakan memerlukan biaya sebesar 4,2 triliun rupiah. Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum memiliki anggaran untuk pembangunan BIJB senilai itu sehingga dilakukan penahapan pembangunan dengan prioritas fasilitas untuk kebutuhan minimum operasi bandara.

Dari sisi cuaca, sejak akhir 2015 hingga awal 2017 merupakan musim penghujan terlama sehingga dioptimalkan pekerjaan yang tidak dipengaruhi secara signifikan oleh hujan. Sebagian lokasi fasilitas penunjang operasional, berupa bangunan, jalan akses, dan drainase, berada di atas lahan yang belum bebas. Permohonan pembebasan lahan yang disertai usulan area pembebasan telah disampaikan kepada Pemprov Jawa Barat dan hingga triwulan I 2017 lahan tersebut belum dibebaskan. Untuk itu, PT BIJB mengusulkan modifikasi minor master plan kepada Kementerian Perhubungan berupa upaya penggeseran letak bangunan penunjang ke area lahan yang telah bebas dengan tetap mengedepankan keamanan dan keselamatan penerbangan.

Dalam pelaksanaan pembangunan Terminal Utama Penumpang, terdapat lapisan lensa pada kedalaman tertentu. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan sebuah metode pengeboran khusus. Di dalam perimeter bandara, mengalir juga aliran anak sungai yang melintasi fasilitas sisi udara maupun sisi darat. Solusinya dibangun sebuah sistem drainase yang direncanakan dengan mempertimbangkan limpahan aliran anak sungai tersebut. Sebagai bandara modern berkelas internasional, dibangun juga kawasan bernama Aerocity yang terintegrasi dengan bandara. Perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan kawasan ini nantinya akan dipengaruhi oleh BIJB itu sendiri.

PT BIJB akan berkontrak manajemen dengan PT Angkasa Pura II untuk pengoperasiannya. BIJB diproyeksikan sebagai tempat pelayanan jasa angkutan udara dari wilayah Jawa Barat dan sebagian wilayah Jawa Tengah, seperti Kabupaten Tegal, Brebes, dan Cilacap. Ketika dibuka, bandara ini diperkirakan akan melayani 2,7 juta penumpang per tahun pada awal operasional hingga setelahnya lebih dari 55 juta penumpang per tahun. Bandara ini direncakanan melayani 14 rute pada awal operasional, yaitu 4 rute internasional (penerbangan umrah, Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok), serta 10 rute domestik.

DATA PROYEK
Nama Proyek: Pembangunan Fasilitas Sisi Darat Bandara Internasional Jawa Barat Tahap 1A
Lokasi: Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka, Jawa Barat
Status: Konstruksi
Rencana Selesai: Desember 2017
Area Pembangunan:
-Fasilitas Sisi Darat Tahap 1A (Paket Pekerjaan Infrastruktur, Paket Pekerjaan Terminal Utama Penumpang, dan Paket Pekerjaan Bangunan Penunjang Operasional): 300 hektar
-Pengembangan bandara hingga tahap ultimate: 1.800 hektar (sesuai master plan dalam KP 954 tahun 2014
Luas Area Bangunan: 96.000 meter persegi (Gedung Terminal Utama Penumpang)
Jumlah Lantai: 3 lantai (Gedung Terminal Utama Penumpang)
Tinggi Bangunan: 28 meter (Bangunan Penunjang Operasional)
Klien/Pemilik: PT Bandarudara Internasional Jawa Barat
Konsultan Arsitektur: PT Penta Rekayasa & Arkonin
Konsultan Pengawas: PT Ciriajasa Cipta Mandiri
Konsultan Mechanical & Electrical: PT Penta Rekayasa & Arkonin
Konsultan Sipil & Struktur: PT Penta Rekayasa & Arkonin
Kontraktor Utama:
Paket Pekerjaan Infrastruktur: PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Paket Pekerjaan Terminal Utama Penumpang: PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. & PT PP (Persero) Tbk.
Paket Pekerjaan Bangunan Penunjang Operasional: PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Foto/Gambar: PT Bandarudara Internasional Jawa Barat & PT Penta Rekayasa